May 3, 2012

Camfret Zone

Camfret zone a.k.a comfort zone. Zona yang membuat orang terlena dan merasa enough. 5 tahun bekerja di perusahaan software house membuat saya amat sangat berada di comfort zone itu, meski gaji ga terlalu gede tapi saya bebas cuti kapan saja, saya bebas menggunakan fasilitas internet untuk kepentingan pribadi sekalipun, saya tdk pernah kena SP meski saya almost datang 1,5 jam lebih mundur dari waktu yang di tentukan, bahkan saya bisa membawa anak-anak saya ketika PRT sedang ga ada. Dan itu dulu cukup membuat saya happy. Tapi dalam hati kecil saya terselip pertanyaan "mau sampai kapan kerja dan mengayakan orang lain?"

pertanyaan itu selalu berhasil lenyap dengan pernyataan "ah saya kan cuma butuh gaji tiap bulannya, jadi saya ga peduli apa yang terjadi di kantor". lama-lama pernyataan sakti itu luntur, pergi ke kantor merupakan kegiatan yang membosankan,karena saat itu saya menyadari 10 jam meninggalkan anak-anak untuk bekerja dan anak-anak hanya mendapatkan waktu sisa yang saya punya, ya karena prioritas waktu sudah habis "dicuri"oleh kantor. terus timbul 1 pertanyaan silet "saya nyaman di kantor tapi apa kantor juga nyaman dan mencintai saya?".

Dan Gong sampai akhirnya saya resign adalah rengekan abang setiap pagi "umii kenapa kerja terus?abang bosen dirumah sama mbak". Saya punya seorang teman, Manager di suatu perusahaan telekomunikasi, Yang secara gaji pasti udah bukan masalah lagi. dan akhirnya dy memutuskan resign hanya karena anaknya bilang "aku ga mau les dan sekolah kalo bukan mama yang anterin aku tiap hari". Kata-kata protes dari anak memang bisa membalikan semua perasaan nyaman yang tadinya kita miliki. kalo udah kaya gitu apa masih bisa bertahan di comfort zone?jawabannya tergantung pribadi masing2 :)

terus ketika saya resign apakah saya keluar dari zona nyaman dan berjalan melawan badai?hmm tadinya saya berfikir gitu tapi setelah dijalani ternyata saya menemukan zona baru yaitu zona aman, aman dari perasaan cemas bahwa saya akan di berhentikan kapanpun oleh instansi :D. dan ternyata saya lebih happy karena sekarang saya punya waktu yang bebas saya manage sesuai keinginan saya,sekarang saatnya saya mengayakan diri sendiri, bekerja untuk kepentingan pribadi bukan untuk kepentingan owner company :p

yah namanya juga comfort zone pastilah membuat orang nyaman, tapi belum tentu membuat orang itu tenang.

0 komentar: